Montessori dilahirkan di Ancona, Italia 1870, Ayahnya
seorang pejabat sipil yang berpengaruh namun masih memiliki pandangan
konservatif tentang peran wanita di masyarakat. Sebaliknya ibunya berpandangan
wanita harus maju dan mencapai cita-citanya sejauh mungkin yang dapat dicapai
dalam hidup.
Pada usia 26 tahun Montessori menjadi dokter wanita
pertama di Italia. Ia ditugaskan menjabat sebagai bagian perawatan medis untuk
menangani pasien dari rumah sakit jiwa dan di sanalah ia menemui anak-anak
keterbelakangan mental yang mempunyai cara mereka sendiri untuk belajar. Hal
ini merupakan sebab utama yang membakar kecintaannya pada pendidikan dan dunia
anak-anak. Dimulai dengan fasilitas tempat penitipan anak di salah satu
lingkungan termiskin di Roma, Montessori meletakkan berbagai teorinya dalam
praktek. Kedua metode itu dipengaruhi oleh pelatihan sebelumnya di bidang
kedokteran, pendidikan, dan antropologi
Teori Perkembangan
Montessori
Anak memiliki kemampuan sendiri untuk belajar sesuai
dengan tingkat kematangannya dan anak belajar dengan cara yang berbeda dengan
orang dewasa. Ada saat dimana anak akan sangat peka terhadap lingkungannya,
saat tersebut dinamakan Montessori sebagai Sensitive periods.
Sensitive periods
Adalah suatu masa dimana
anak-anak akan sangat mudah menguasai tugas-tugas tertentu. Apabila anak
dicegah untuk menikmati pengalaman-pengalaman yang dipandu secara alamiah itu,
maka kemampuan-kemampuan yang harusnya dicapai pada masa peka itu tidak akan
dimiliki dan hal ini akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Menurut
montessori ada 5 masa sensitif, yaitu:
1.
Sensitive
periods for order (0 – 3 tahun)
Masa peka untuk keteraturan terjadi pada tiga tahun
pertama kehidupan. Anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan.
Setelah anak dapat bergerak/berpindah, mereka suka meletakkan benda-benda
sesuai dengan tempatnya. Apabila ada buku atau pensil yang tidak terletak di
tempatnya, anak akan mengembalikan buku atau pensil tersebut ke tempatnya. Dan
bahkan sebelum memasuki periode ini mereka sering menjadi marah jika melihat
sesuatu yang tidak pada tempatnya.
2.
Sensitive
periods for details (1 – 2 tahun)
Anak-anak akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal
yang kecil. Sebagai contoh, mereka dapat mendeteksi adanya serangga yang kecil
yang tidak terperhatikan oleh orang dewasa. apabila mereka melihat suatu
gambar, mereka akan mengabaikan obyek utama gambar dan akan beralih
memperhatikan hal-hal kecil yang ada dilatar belakang obyek utama gambar.
Kepedulian akan detail ini menandakan perubahan di dalam perkembangan psikis
anak.
3.
Sensitive
periods for using hands (18 bulan – 3 tahun)
Anak-anak secara konsisten menggenggam benda-benda
yang disentuhnya. Anak-anak menyukai aktivitas membuka dan menutup benda-benda
(dengan seluruh telapak tangannya), memasukan benda-benda ke dalam suatu wadah,
menuangkannya keluar dan memasukkannya kembali (dengan seluruh telapak
tangannya). Selama dua tahun berikutnya atau lebih mereka memperbaiki gerakan
dan indera sentuhan mereka.
4.
Sensitive
periods for movements
Periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah
berjalan. Belajar berjalan adalah sejenis kelahiran kedua, anak berubah dari
makhluk yang tidak berdaya menjadi makhluk yang aktif. Anak-anak didorong oleh
implus yang tidak bisa dilawan dalam upaya mereka untuk berjalan, dan mereka
berjalan dengan bangga seolah-olah mereka telah menemukan caranya.
5.
Sensitive
periods for learning language
·
Secara
tidak sadar (3 bln - 3 thn)
Anak-anak menyerap bunyi-bunyi, kata-kata, dan tata bahasa dari
lingkungannya. Anak-anak mempelajari bahasa tanpa banyak memikirkannya,
anak-anak tidak pernah memikirkan imbuhan dapat mengubah suatu arti, atau anak-anak
penutur bahasa inggris yang tidak pernah memikirkan tenses, atau anak-anak
penutur bahasa spanyol yang tidak pernah memikirkan tentang kata benda yang
berubah mengikuti subjeknya, anak-anak tidak pernah berpikir sekeras itu untuk
mempelajari bahasa ibunya.
·
Secara
sadar (3 - 6 tahun)
Jika
pada usia 3 bulan sampai dengan 3 tahun anak-anak mempelajari bahasa secara
tidak sadar, anak-anak pada usia 3 sampai dengan 6 tahun mempelajari bahasa
dengan sadar. Dengan tidak kehilangan masa peka-nya, anak mempelajari bentuk-
bentuk tata bahasa baru dengan penuh kesadaran.
Pendidikan Dengan Metode
Montessori
1.
Pendidikan
di Rumah
Pada masa peka anak-anak mendapatkan impuls dari dalam
dirinya untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman tertentu. Tugas
orang tua menurut Montessori bukanlah mengajar secara langsung tetapi
menghargai usaha anak untuk secara mandiri menguasai pengalaman-pengalaman itu.
Orang tua dapat memantau minat-minat anak dan kemudian memberi kesempatan anak
untuk memenuhi minat-minat anak tersebut.
2.
Pendidikan
di Sekolah (yang Menganut Pola Pendidikan Montessori)
Pada tahun 1907 Dr. Montessori membuka sekolah
pertamanya di Roma. Walaupun begitu nama Montessori bukanlah merek dagang,
sehingga nama “Sekolah Montessori” bukan hanya melekat pada sekolah yang
didirikannya saja, tetapi juga pada sekolah-sekolah yang mengimplementasikan
ide-ide Montessori.Ciri khas sekolah Montessori dibanding sekolah konvensional,
diantaranya:
·
Kemandirian
dan Konsentrasi
·
Pilihan Bebas
·
Hukuman
dan Penghargaan
·
Mempersiapkan untuk mempelajari keterampilan
·
Membaca
dan Menulis
·
Menekankan perilaku yang diharapkan
Berdasar pada apa yang diobservasi Montessori individu
memiliki masa peka dimana individu tersebut akan lebih memiliki kemampuan untuk
mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih dari masa lain dikehidupannya.
Dalam mendidik anak Montessori berpendapat bahwa setiap anak berkehendak untuk
“meng-aktualisasikan” bakat yang dimilikinya dan anak memiliki caranya sendiri
untuk menterjemahkan bakat yang ada pada dirinya. Sehingga tugas orang tua
hanyalah sebagai penyedia material-material yang dibutuhkan agar minat anak
dapat terpenuhi dan menghindari intervensi-intervensi yang dapat menggangu
konsentrasi anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar